alam
Menilik Peninggalan Megalitikum Manusia Purba di Gunung Mencil Karangpatihan Balong Ponorogo
batu megalitikum mirip rumah purba |
Dibalik kekurangan ada kelebihan. Karangpatihan Balong yang terkonotasi kampung ediot ternyata menyimpan peninggalan jaman prasejarah. Pemuda desa tersebut berusaha bangkit untuk memberdayakan warganya yang dibilang ketertinggalan akibat sebuah takdir, takdir dimana beberapa warganya pertumbuhannya tidak seperti umumnya, Ideot kata kalayak. Lewat berbagai cara pemerintah daerah memberdayakan desa tersebut, mulai dari pengobatan, pendidikan, serta mengangkat taraf hidup. Para pemuda yang tergabung dalam karang taruna tak tinggal diam, mereka mencari spot-spot yang selamat ini tidak begitu diperhatikan.
Dengan dikelolanya spot-spot tersebut diharapkan warga luar daerah mengenal hal positif selain konotasi kampung ideot.
Selo Jolo Tundo, berbentuk batu-batu raksasa yang berornamen unik. Tiap lapisannya seakan menceritakan sejarah di eranya. Batu tersebut bisa ditemukan di Gunung Mencil yang keberadaannya tidak begitu tinggi yang berada di desa tersebut. Gunung tersebut oleh penduduk desa dipercaya pecahan dari letusan gunung Lawu pada jaman purba. Gunung Mencil berada bersebelahan dengan gunung Beruk dan gunung Lanang, semua gunung tersebut sejarahnya sama dengan yaitu pecahan dari letusan Gunung Lawu Purba.
Keunikan gunung Mencil karena menyimpan batu-batu raksasa menyerupai batu-batu Megelit, entah kebenarannya karena sampai saat ini belum ada lembaga peneliti resmi yang menyatakan pernyataan resmi tentang batu tersebut. Batu-batu tersebut petak-petak mirip rumah manusia purba yang memeliki kotak-kaotak seperti bilik. Batu yang paling besar malah mirip perahu, batu ini sering dipakai warga desa untuk tirakat menjauhkan diri dari hirup pikuk keramaian.
Lapisan batu yang berlapis-lapis menjadi daya tarik tersendiri, seperti pahatan alam di tiap generasi. Guratan alam yang dihasilkan menjadikan karya seni yang tak ternilai. Untuk hal itulah para pemuda di desa ini ingin melindungi dan merawat agar tidak dijamah oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Gunung Mencil, berasal dari bahasa Jawa yang artinya menyendiri, menurut penduduk desa dulu banyak penduduk luar daerah yang bertapa menyendiri di tempat ini. Keberadaannya di ketinggian 465 MDPL puncak Mencil menyuguhkan panorama alam. Hutan tropis dan hawa yang sejuk membuat para pengunjung terlena sehingga rela berlama-lama di tempat ini.
Keberadaan rumah pohon yang sudah ada sejak puluhan tahun menambah keunikan dan kerinduan para pengunjung yang pernah memanjat untuk menikmati indahnya alam dari ketinggian. Rumah-rumah pohon tersebut dalam pengawasan karang taruna agar tidak tumbuh liar, dan bisa dipantau keamanannya. Para remaja datang untuk berfoto selfi-ria, foto-foto mereka akan mengundang teman-temannya di sosial media untuk berkunjung ke tempat ini.
Ke depannya para warga di sini berharap gunung Mencil semakin ramai, sehingga bisa mengangkat taraf hidup serta bisa mengangkat keterbelakangan yang sudah terlanjur menjadi 'cap' desa Karang Patihan Balong ini. Gazebo-gazebo dan rumah makan di konsepkan di tempat itu dengan mempertimbangkan kelestarian alam serta tidak merusak cagar budaya yang belum tersentuh lembaga tersebut.
Gazebo dan rumah makan bertujuan untuk memberi kenyamanan para pengunjung untuk berisitirahat dan menikmati kuliner setempat. Gazebo dipilih sebagai ikon karena para pemuda di desa ini berprofesi sebagai pengrajin kayu, dan gazebo menjadi salah satu keunggulan produk dari desa ini. Selain jauh dari perkampungan penduduk tempat ini jauh dari fasilitas umum. Dengan di angkatnya cerita ini para pemuda berharap banyak masukan yang positif untuk kemajuan pariwisata di desa ini.
Penulis : Nanang Diyanto
Foto : Shandy A A Miraza
Post a Comment
0 Comments